Minggu, 03 Maret 2013

Cara Mengurangi Kebiasaan Anak Mengadu



1. Ketika anak mengadu orangtua sebaiknya tidak langsung merespon pengaduan sang anak dengan emosi kaget atau marah, namun usaha yang dilakukan oleh orangtua adalah meluangkan waktu untuk lebih bersabar dengan mengunakan situasi mengasu sang anak sebagai usaha pemebelajaran bagi anak. Bila anak ribut dengan teman bermainnya dan ia segera mengadu, ayah bunda dapat tidak melakukan respon terhadap pengaduan sang anak, namun langkah nyata yang dapat dilakukan adalah orangtua mengajak anak bermain bersama kembali atau membereskan mainannya bersama-sama dengan teman bermainnya tadi sambil melakukan langkah penyelesaian konflik sambil memberi contoh apa yang mesti dilakukan yaitu bermain peran, saling mencoba mainan, melakukan percakapan komunikasi dan diarahkan untuk berembuk.

2.    Ketika anak mengadu sikap orangtua adalah tidak mengacuhkan aduan sang anakuntuk meminimalisir sang anak agar tidak menjaadi pengadu lagi.

3.    Gunakan media komunikasi, lakukan pendekatan pada anak yang suka mengadu dengan mengajak bercerita, ketika suasana jiwa anak bahagia dan riang maka lakukan komunikasi dengan anak. Beri pengertian pada anak bahwa sikap mengadu tidak baik jika dilakukan  tidak pada tempatnya, ayah bunda akan sangat bangga dan menghargai jika anak menceritakan kejadian yang dapat mencederai atau membahayakan dirinya, teman-temannya atau orang lain.

4.    Melerai pertengkaran anak, jika sang anak saling bertengkar dengan teman atau saudaranya dana amati jika mereka tidak mampu menyelesaikan masalah mereka sendiri maka sikap orangtua adalah melerainya.

5.    Tidak memberikan pembenaran pada perilaku anak, jika anak mengadukan kejadian atau perbuatan yang dilakukan temana tau saudaranya, sikap yang tepat dari orang tua adalah tidak membenarkan salah satu anak (dalam hal ini orangtua harus dapat bersikap netral), Tidak menyalahkan pihak manapun dan sikap yang diambil orangtua ini membuat sang anak tidak ingin lagi mengadukan hal-hal yang tidak ia sukai.

Sabtu, 02 Maret 2013

Cara Mengatasi Anak Marah



Marah biasanya tampil berupa reaksi terhadap frustasi, sakit hati dan merasa terancam. Pada umunya frustasi atau keinginan yang tidak terpenuhi merupakan hal yang paling sering menimbulkan  kemarahan pada tingkatan usia. Terutama bagi anak-anak, penyebab munculnya marah adalah anak terhambat melakukan sesuatu, hambatan bisa berasal dari dirinya sendiri (ketidakmampuan) atau bisa juga dari orang lain (larangan), perasaan tidak nyaman, mainan miliknya direbut oleh orang lain.

Reaksi marah pada anak sangat beragam, namun yang sangat sering ditampilkan anak adalah kemarahan yang bersifat impulsive (agrsesi), tindakan yang langsung ditujukan pada orang lain atau objek lain. Bisa berupa reaksi fisik atau verbal, bisa tempertantrum, mengigit,  menendang dan lain-lain. Bisa juga marah yang tertahan dan dikendalikan maka reaksi yang dimunculkan berupa menarik diri atau bersikap masa bodoh. 

Menekan dan menyimpan marah dapat menyebabkan masalah yang bisa jadi lebih berbahaya. Namun seiring usia perkembangana anak, maka anak akan dapat mengendalikan dirinya, dengan cara mengontrol dan melampiaskan pada cara yang tepat dan produktif. Hal yang wajar dan biasa ketika anak pra sekolah mengekspresikan dirinya dengan cara marah sebagai tanda mencurahkan gejolak jiwanya sebagai protes terhadap perilaku atau sesuatu yang tidak dapat diterimanya.

Berikut tips mengatasi marah pada anak:

1.     Bantulah anak mengendalikan emosinya saat Anda mengajarkan cara-cara yang bisa diterima untuk mengemukan amarah.

2.     Pada balita dan anak pra sekolah, Anda bisa mengatakan pada anak Anda bahwa perasaannya sah-sah saja

3.     Anak prasekolah yang berpikir tentang hal-hal sihir akan khawatir bahwa pikiran jelek tentang seseorang akan menjadi kenyataan setelah marah berlalu, berikan pelukan hangat sehingga anak dapat mengatasi kemarahannya.

4.     Dengan anak yang lebih tua, katakana “saya tidak mau bicara denganmu ketika kamu berteriak atau bersumpah serapah” cara ini akan memberi contoh yang baik dalam mengekspresikan emosi.

5.     Hitunglah sampai sepuluh dan katakanlah, mengapa kamu sangat marah.

6.    Menetralkan marah dan menyegerakan berdiskusi bersama anak.

7.     Buatlah pertemuan keluarga dan revisilah peraturan rumah yang dapat membuat anak marah dan frustasi karena peraturan tersebut.

8.     Sebaiknya juga berdiam diri atau berpindah tempat ketika sedang marah.

9.     Latihlah dengan sabar apa yang anda ajarkan pada anak.

10.   Jika anak marah, berikan pada diri anda waktu istirahat.

11.   Tetap tenang dan tidak menuruti keinginan anak, jika Anda ingin memberikan nasihat lakukan ketika anak sudah tenang.

12.   Cobalah untuk menjadi sportif ketika mengatur perilaku anak.

Jumat, 01 Maret 2013

Tips Menjaga Kesehatan Gigi Anak



Mengajarkan anak-anak tentang pentingnya menyikat gigi dan flossing setiap hari akan menghindari mereka dari penyakit gigi di masa mendatang. Perawatan gigi yang baik sangat penting untuk semua orang terlepas dari usia, menanamkan kebiasaan baik pada tahap awal kehidupan anak-anak akan membantu mencegah mereka menderita penyakit yang berhubungan dengan gigi.  ketakutan yang sering dikaitkan dengan kunjungan kantor dokter gigi sering itu. 
 Berikut adalah beberapa tips yang dapat membantu menjaga kesehatan gigi yang baik pada anak-anak:
1. Menjaga kebiasaan membersihkan gigi sedini mungkin:
Menjaga kebiasaan membersihkan gigi harus dimulai sedini mungkin. Gusi bayi serta gigi yang baru muncul harus benar-benar dibersihkan dengan air pada kaain basah setelah mereka makan.
2. Gunakan pasta gigi fluoride:
Pasta gigi fluoride harus digunakan segera setelah gigi susu muncul (biasanya sekitar 6 bulan) yang membantu mencegah dan mengendalikan kerusakan gigi. Untuk anak di bawah usia 3, gunakan pasta gigi fluoride yang mengandung setidaknya 1000 ppm fluoride dan untuk anak-anak antara 3 sampai 6, mengandung flouride 1350-1500 ppm. Namun, harus dipastikan bahwa anak-anak tidak menjilat atau makan pasta gigi.
3. Teknik menyikat gigi yang tepat:
Penting untuk memastikan bahwa anak-anak menyikat gigi dengan benar. Mengetahui cara menyikat yang benar dapat membantu mengembangkan kebiasaan kesehatan mulut yang baik dari tahap awal. Namun, tidak perlu menjelaskan cara menyikat gigi yang benar dengan teknik yang rumit. Cobalah menggunakan langkah sederhana untuk menjelaskan bagaimana cara memegang sikat gigi dan gerakan menyikat  yang .
4. Flossing:
Flossing penting untuk kesehatan gigi, flossing yang baik dapat menghilangkan sisa makanan disela-sela gigi.  Meskipun sangat sulit, dapat membantu mencegah kerusakan gigi dan bau mulut. Flossing gigi pada anak-anak dimulai pada saat  merekamempunyai dua gigi geraham , yang biasanya terjadi antara usia 2,5 hingga 3 tahun.
5. Makanan bergizi:
penting untuk memastikan bahwa anak makan makanan yang bergizi untuk menjaga kesehatan gigi yang baik. Gula yang tersembunyi dalam makanan dan minuman mungkin menyebabkan gigi berlubang. Sebaliknya,  jus buah tidak hanya bergizi, tetapi juga dapat mengurangi kemungkinan gigi berlubang. Makan buah-buahan dan sayuran mentah, keju non-olahan , susu dan yogurt, adalah pilihan makanan sehat yang dapat dimasukkan dalam menu anak-anak untuk kesehatan mulut yang baik.
Batasi makanan lengket yang melekat pada gigi dan menyebabkan gigi berlubang. Menyuruh anak-anak untuk minum atau membersihkan gigi setelah makan makanan manis atau lengket dapat mengurangi potensi kerusakan gigi.
6. Rutin periksa ke dokter gigi:
Anak harus dibawa ke dokter gigi setidaknya satu kali saat dia berusia 2 tahun. Hal ini membantu anak-anak untuk membiasakan diri dengan lingkungan dan mengidentifikasi serta mencegah masalah gigi sedini mungkin tanpa melakukan pengobatan rumit.

Kamis, 28 Februari 2013

Merangsang Motorik Kasar Anak Dengan Mandi



Kemampuan motorik kasar dan halus pada anak masih perlu dikembangkan. Dalam mengembangan motorik kasar anak  dapat dilakukan dengan tangannya kuat  mengangkat sabun, gayung, gelas dan benda ringan lainnya. Usia 4 tahun ke atas perkembangan motorik kasar sudah berkembang dengan optimal dan keahlian berkembang dengan terampil. Untuk itu orangtua dan pendidik harus jeli dan dapat memberikan kesempatan kepada anak namun orangtua dan pendidik tetap melakukan pendampingan dan pembinaan kepada anak. 

Dalam pengembangan kepercayaan diri pada anak, orang tua dan pendidik  dapat juga memberikan kesempatan pada anak dalam pengoptimalan pengembangan motorik halus dan motorik kasar.  Orangtua dapat memberikan kesempatan pada anak usia 3 tahun  untuk melakukan mandai sendiri, dengan kesempatan mandi sendiri anak akan mengetahui pentingnya kesegaran, kemandirian, kebersihan yang dapat dimulai dari dirinya sendiri. Ketika anak telah memiliki kesadaran dengan kebersihan dan kesegaran secara otomatis anak memiliki kemadirian dan kepercayaan diri. Bagi anak yang usianya 3 tahun keatas kemandirian anak dalam melakukan kegiatan mandi sendiri tetap saja butuh  perhatian dan pengawasan dari orang dewasa dan orang tua.

Hal yang perlu dilakukan oleh orangtua ketika memberikan kesempatan kepada anak untuk melakukan kemadirian berupa mandi sendiri adalah:

1.       Lakukan komunikasi dengan anak, apakah anak menunjukan tanda-tanda keinginan untuk mandi sendiri.

2.       Ketika hasil komunikasi didapatkan maka orangtua dapat memberikan kesempatan.

3.       Tetap awasi dan lakukan pendampingan pada anak jika nantinya anakakan melakukan kemandirian mandi sendiri.

4.       Fasilitasi kemandirian anak dalam mandi dengan menyediakan atau membelikan wadah sabun yang lucu atau warnanya menarik bagi anak, gayung mandi yang sesuai untuk ukuran anak beri warna atau bentuk gayung yang lucu atau unik. Hal ini untuk menumbuhkan kesenangan dihati anak dan semangat dalam melakukan mandi sendiri, yang utama sekali keberanian ketika ingin mandi sendiri

5.       Bantu anak melepas pakaiannya ketika anak memang memperlihatkan kesulitan dalam melepaskan pakaiannya saat ingin mandi, namun jika anak sudah sanagat terampil maka hargai dengan memberinya kesempatan dengan anggukan kepala atau senyuman.

6.       Biarkan anak melakukan sendiri dalam membalurkan sabun keseluruh tubuhnya, orangtua melakukan pendampingan dengan cara menyebutkan  atau mengingatkan pada anak untuk tidak lupa menggosokan pada bagian lipatan, leher, sela-sela jari, tangan, perut, kaki dan belakang telingga.

7.       Orangtua dapat juga sesekali menawarkan bantuannya kepada anak dalam memberi bantuan menyabuni daerah yang sulit dijangkau oleh tangan anak atau bagian yang menurut Anda belum bersih.

8.       Dengan memberikan kesempatan mandi sendiri kepada nak, Anda selaku orangtua tetap memberikan kesepakatan pada anak dalam batasan waktu ketika mandi. Perlu diingatkan kepada anak tentang waktu mandi, hal ini diberikan karena biasanya anak terlalu keasyikan mandi sehingga lupa akan waktu, untuk mengantisipasi hal ini maka orangtua bisa segera melakukan pengalihan  perhatian kepada anak, dengan cara menanpilkan permainan yang ia sukai atau tawarkan sesuatu yang disukai anak agar anak tidak berlama-lama di kamar mandi.

9.       Selaku orangtua tetap memperhatikan lokasi atau tempat kamar mandi anak, hal ini untuk menghindari bahaya kecelakaan dikamar mandi karena anak belum mengetahui bahaya terpelest atau tertelan air.  Untuk mengurangi resiko dikamar mandi orangtua dapat menyediakan alas lantai dengan lapisan karet, begitu juga menyediakan alas lantai diluar kamar mandi dengan alas dasar.

10.   Orangtua tetap menyediakan handuk untuk anak dan pakaian ganti setelah anak selesai mandi, hal ini menumbuhkan sikap positif mandiri secara internal serta kepercayaan pada diri sendiri secara internal dan proforsional. 

 Keunggulan dari mandi sendiri yang dilakukan anak ketika orangtua mendukung dengan penuh semangat dapat membuat anak berpikir bahwa ia dihargai oleh orangtuanya dan menjadikan anak berani dan percaya diri.