Minggu, 24 Februari 2013

Akibat Perhatian Negatif Terhadap Anak



Kebiasaan yang sering dilakukan orangtua adalah lebih sering memusatkan perhatian pada sisi negatif yang di lakukan ananda. Padahal orang tua bukan “polisi” yang hanya bertugas mencari kesalahan anak dan menghukumnya, bukannkah lebih baik mencari kebaikan anak dan memberinya pujian daripada memberinya hal-hal berupa kemarahan.

Sebelum membuat aturan orang tua hendaknya mempertimbangkan tingkat perkembangan kejiwaan anak. Jangan diukur dengan ukuran orang dewasa. Orangtua hendaknya menyadari bahwa dunia anak jauh berbeda dengan dunia orang dewasa.

Terkadang para pendidik dan orang tua lupa tidak memberikan pujian, ciuman, senyuman, anggukan kepala, bahkan menolehpun tidak, ketika anaknya mandi tepat waktu dan bias sendiri, ketika anak dapat membuang bungkus permen di tempat sampah, atau ketika sesekali menutup pintu dengan pelan.

Yang justru sering dilakukan orang tua adalah memperhatikan ananda hanya ketika ananda atau anak membanting pintu, menumpahkan minuman di lantai, mengotori dinding dengan kakinya. Yang terjadi kemudian adalah ketidak seimbangan perhatian positif dengan negatif, tidak sebanding dengan sedikitnya perhatian positif. 

Pengaruh banyaknya perhatian dari sisi negative pada anak dapat memunculkan anak kelompok penentang. Kelompok ini dapat digolongkan dalam 3 tipe yaitu:

Pertama, tipe penentang aktif, mereka (ananda) menjadi keras kepala, suka membantah dan membangkang apa saja kehendak orang tua. 

Kedua, tipe pemberontak dengan cara halus, sadar bahwa tubuh kecilnya tak mampu menandingi kekuatan “polisi” yang tak lain orang tuanya sendiri.

Ketiga, tipe selalu terlambat, anak-anak seperti itu baru mau mengerjakan suatu perintahsetelah lebih dahulu melihat orang tuanya jengkel, marah dan mengomel karena kemalasannya. Mereka juga seringkali tergopoh-gopoh saat berangkat sekolah bahkan mereka terlambat bukan karena banyak pekerjaan yang harus mereka selesaikan tetapi mereka sengaja terlambat.